Bikin Wiwin Sumrambah Terpikat, Melihat Pesona Batik Pewarna Alam di Mojotrisno Jombang

Tampak Wiwin Sumrambah saat kunjungan dapil di perajin batik pewarna alam Mojotrisno, Mojoagung, Jombang. (Foto: SeputarJombang.com / Dandy Angga).

SeputarJombang.com– Kunjungan Daerah Pilihan (Kundapil) anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Wiwin Sumrambah, ke Desa Mojotrisno, Mojoagung, Jombang, pada Rabu (21/5/2025) terasa istimewa. Bukan hanya karena kehangatan sambutan warga, tapi juga karena Wiwin langsung jatuh hati pada pesona batik pewarna alam khas desa tersebut.

Sesampainya di kampung batik, wajah Wiwin tampak sumringah. Ia disambut hamparan kain batik aneka warna yang sedang dijemur dan ibu-ibu pengrajin yang sibuk mencanting dengan telaten.

“Wow, bagus-bagus dan menarik. Prosesnya detail banget, apalagi pakai pewarna alami dan manual. Wajar kalau batik seperti ini punya nilai lebih,” kata Wiwin penuh antusias.

Tak cuma melihat-lihat, Wiwin juga membeli selembar batik bermotif Kebon Rojo Jombang dan sepotong baju tenun tradisional. Menurutnya, produk lokal seperti ini bukan cuma unik, tapi juga nyaman dan punya nilai budaya tinggi.

Tak lama berselang, Wiwin pindah melihat kain-kain batik yang sudah jadi dan siap jual. Di situ terdapat aneka jenis dan motif batik yang hiasannya dibuat dari pewarna alam, seperti dedaunan dan lain sebagainya.

“Selain dari dedaunan, katanya juga ada yang dibuat dari bahan dasar seperti buah jolawe, kulit mahoni, kayu secang, dan kulit kayu jure. Saya tertarik dan langsung beli batik yang motifnya Kebon Rojo Jombang. Selain batik saya juga beli baju dari kain tenun yang dibuat masih secara tradisional atau manual,” katanya.

Dari kunjungan ke tempat produksi batik pewarna alam ini, pihaknya berharap agar masyarakat secara luas di Indonesia lebih mencintai produk lokal dalam negeri. Tentunya dimaksud Wiwin Sumrambah, yang memiliki seni tradisional.

“Pakaian ini loh enak dan nyaman. Selain kainnya lembut, juga enak dipandang ketika dipakai dimana pun tempatnya. Mari kita bersama untuk meningkatkan kecintaan kita terhadap UMKM lokal, bagaimana kita mau sejahtera bersama kalau yang kita beli dan digunakan rata-rata produk dan budaya luar,” jelasnya.

Dari Batik Pewarna Alami Tembus Luar Negeri

Owner Perajin Batik Pewarna Alam saat menemani Kunjungan Wiwin Sumrambah. (Foto: Seputar Jombang / Dandy Angga).

Baha-bahan alam, misal serat daun, kulit pepohonan ternyata menyimpan bahan pewarnaan yang tinggi. Nusa Amin, warga Dusun Sanan Selatan, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung sukses mengembangkan batik warna alam hingga pasar penjualannya mampu tembus luar negeri.

”Ini batik warna alam. Bahan pewarnanya berasal dari bahan-bahan alami, bukan pewarna buatan (kimiawi). Alhamdulillah saat ini penjualan sudah tembus luar negeri” terang Amin sembari menemani Wiwin saat Kundapil.

Rupanya suami Suniah ini mulai menggeluti batik warna alam sekitar 2012. ”Sebelumnya saya pernah usaha Batik di bali, tapi batik sintetis,” bebernya. Hingga pada 2005 dia mulai tinggal di Jombang. ”Usaha di bali bangkrut, saya kena tipu,” imbuhnya.

Dalam kondisi ekonomi keluarga sulit, Amin sempat bekerja sampingan sebagai kuli batu. Meski jatih, Amin masih punya tekad mengembangkan keterampilan membatiknya di Jombang.

”Nah, ingat saya Oktober 2009, batik mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan bangsa Indonesia. Setelah itu, batik seolah menjadi primadona, banyak dicari orang,” bebernya.

Gayung bersambut, Amin mendapat tawaran mengerjakan pesanan batik tulis dari salah satu perajin di Mojokerto. ”Itu saya jalani setahun lebih. Pulang-pergi ke Mojokerto setor barang bawa sepeda pancal,” bebernya.

Seiring berjalannya waktu, dirinya pun mulai mengembangkan jaringan di Jombang. ”Terus saya kenal dengan perajin di Jombang, akhirnya ditawari ikut kerjakan pesanan. Saya kerjakan di rumah,” imbuhnya.

Pada 2012, dirinya mendapat tawaran mengikuti program pelatihan membatik difasilitasi dinas. Tanpa pikir panjang, dirinya pun berangkat. ”Pelatihannya di Yogyakarta, fokus batik warna alam,” bebernya.

Sepulang dari kegiatan pelatihan tersebut, selain mendapat wawasan baru di dunia membatik, Amin juga sedikit mendapat bantuan modal untuk mengembangkan usaha. ”Mulai saat itu, saya mulai merintis kerajinan batik warna alam,” bebernya.

Berbeda dengan batik sistetis, menurutnya batik warna alam memiliki daya tarik sendiri, salah satunya dari bahan pewarnanya yang berasal dari bahan-bahan alami, bukan pewarna buatan (kimiawi).

”Jadi bahannya, misalnya dari kulit pohon mangga, mahoni, serabut kelapa, dedaunan dan bahan-bahan alam lainnya. Itu kemudian di ekstrak, diambil sarinya untuk bahan pewarna,” bebernya.

Karena menggunakan pendekatan tradisional, otomatis produksinya memerlukan proses relatif lebih lama. Mulai dari mencari bahan kain, setelah kain siap, selanjutnya diketel. Dicelupkan dengan larutan air bekas bakaran merang.

”Terus berulang-ulang, celup kering-celup kering sampai tujuh kali. Proses ini memakan waktu cukup lama,” bebernya.

Setelahnya, kain-kain tersebut dicuci bersih baru setelahnya siap dipola. ”Biasanya menggunakan pensil, belum lagi proses canting,” bebernya.

Selanjutnya proses pewarnaan. Ini juga membutuhkan waktu cukup panjang. ”Sama prosesnya, celup kering-celup kering sampai tujuh kali, itu kalau produk saya. Terus juga ada proses penguncian, menjaga warna agar tidak pudar. Jadi dicelupkan dalam ari tawar atau juga air batu tunjung,” imbuhnya.

Kebanyakan motif batik warna alam yang banyak dicari pelanggannya motif kuno, namun demikian, Amin juga mengembangkan sejumlah produknya dengan motif kontemporer. ”Motif kuno, misal parang, udan liris, sekar jagad,” imbuhnya.

Selain indah, motif-motif ini lanjut Amin ini juga menyimpan nilai filosofi yang tinggi, ada ceritanya. Misalnya, udan liris, biasanya dipakai perempuan yang sudah menikah, sekar jagad filosofinya junjung derajat dan masih banyak lagi,” bebernya.

Melihat proses pembuatannya yang njlimet, tak pelak produk batik warna alam memiliki nilai jual cukup tinggi. ”Harga per lembar, kisaran Rp 350 ribu hingga Rp 1,5 juta juga ada. Harga menyesuaikan teknik pembuatan dan kualitas bahan,” tegasnya.

Seiring produknya kian dikenal, banyak pembeli berdatangan. Amin pun mulai kewalahan. Dia pun memberdayakan sejumlah warga sekitar menyelesaikan pesanan. Untuk pemasaran produk, Amin juga sering ikut pameran. Selain itu juga memanfaatkan marketplace.

”Anak saya yang buka marketplace lewat Tokopedia, dari banyaknya pembeli kebanyakan dari mulut ke mulut. Alhamdulillah, penjualan batik ini udah tembus sampai ke luar kota, seperti Lumajang, Mojokerto, Jakarta, Kediri. Dan bahkan sampai ke luar negri seperti Malaysia, Srilangka dan Singapura,” sambung Suniyah.

Wiwin Sumrambah Dikenal Sosok yang Ramah dan Selalu Bikin Suasana Bungah

Tampak Wiwin Sumrambah saat mengenakan baju batik dan tenun. (Foto: SeputarJombang.com / Dandy Angga).

Kehadiran Wiwin Sumrambah disambut bahagia oleh warga yang sekaligus jadi pekerja di kerajinan batik pewarna alami itu. Seperti yang diungkapkan Yuliawati (31).

“Seneng ketemu Bu Sumrambah. Sering dulunya kunjungan ke sini. Sekarang masih tetap dikunjungi. Enak an orangnya dan asyik. Alhamdulillah tadi juga sempat dikasih sedekah sama beliau saat beli batik. Semoga beliaunya terus diberikan kesehatan dan kelancaran dalam segala hal,” singkat ibu dengan dua anak ini. (*)

Penulis : Dandy Angga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *