MEGALUH,SeputarJombang.com – Pada Senin (12/05/2025) malam, udara Desa Pacar Peluk di Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, terasa berbeda. Di tengah keremangan lampu-lampu jalan dan suara jangkrik yang bersahutan, terkumpul ratusan warga dari berbagai kalangan.
Mereka tidak sedang menghadiri rapat warga biasa, melainkan sebuah sarasehan budaya yang nampaknya sarat makna. Di tengah masyarakat yang datang membawa harapan dan rasa ingin tahu, Wiwin Sumrambah, Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI-Perjuangan hadir dengan semangat membara.
Sembari berjabat tangan dan menyapa warga, Ia mengajak untuk menengok kembali jati diri melalui budaya tradisional. Salah satu cara yang disampaikan, melalui dari rasa ingin bernostalgia.
“Bicara tentang budaya, cara paling mudah untuk memulainya adalah dengan bernostalgia. Ketika kita punya kerinduan pada masa lalu, pada kebiasaan nenek moyang kita, di situlah rasa ingin melestarikan itu tumbuh secara alami.” ucap Wiwin dalam sambutannya.
Perlu diketahui, Wiwin bukan baru pertama kali mengangkat isu budaya. Dalam berbagai kesempatan, ia rutin mengadakan “ngaji budaya”, sebuah forum diskusi yang membicarakan nilai-nilai kearifan lokal dan kebudayaan tradisional yang kini semakin terpinggirkan di era modern serba digital.
Ia menyoroti bagaimana budaya lokal perlahan-lahan terdesak oleh budaya luar. “Kita tidak boleh mati konyol, hanya karena membiarkan budaya sendiri hilang. Lihat saja, makanan tradisional makin jarang ditemukan, UMKM lokal mulai lesu,” ujarnya Wiwin dengan nada prihatin.
Menurut Wiwin, budaya bukan sekadar kesenian atau adat istiadat, tetapi juga mencakup nilai-nilai kehidupan yang membentuk karakter masyarakat. Seperti yang dicontohkan mulai dari cara berbicara, menyapa tetangga, hingga semangat gotong royong bersama-sama.
Tak sampai di situ saja, kader banteng ini pun berencana menggandeng para pemangku kebijakan di bidang pendidikan untuk membawa nilai-nilai budaya lokal ke lingkungan sekolah. Salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler kebudayaan.
“Tapi semua ini harus dimulai dari hal kecil. Dari keluarga di rumah, bagaimana orang tua menanamkan nilai sopan santun, hormat pada yang lebih tua, dan semangat kebersamaan. Jika ini tumbuh, maka budaya tidak akan punah,” tegasnya memungkasi sambutan.
Tak sekadar Wiwin, sarasehan ini juga menghadirkan dua tokoh kebudayaan Jombang. Mereka yakni, Imam Ghozali dan Nanda Sukmana. Keduanya merupakan sastrawan dan budayawan yang telah lama menyuarakan pentingnya pelestarian budaya di tingkat akar rumput.
Dengan gaya tutur khas, keduanya mengajak warga untuk tidak malu menjadi bagian dari budaya lokal. “Kita ini punya kekayaan luar biasa. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” singkat jelas Imam Ghozali.
Pantauan di lokasi, Acara malam itu ditutup dengan doa bersama. Hal itu bak sebuah simbol sederhana dari harapan besar yang dibawa para peserta.(*)
Penulis:Dandy Angga