Nasib Malang Petani Tembakau di Jombang, Gagal Panen hingga 4 Kali Tanam Ulang

Nampak petani tembakau saat melakukan penanaman ulang. (Foto : Dandy Angga / SeputarJombang.com )

SeputarJombang.com – Cuaca ekstrem bikin petani tembakau di wilayah utara Sungai Brantas kelimpungan. Akibat lahan yang terus-menerus terendam banjir, para petani harus rela menanam ulang hingga empat kali. Meski biaya operasional membengkak, mereka tetap nekat bertanam tembakau.

Hal itu dirasakan Laminah, petani asal Dusun Mojoyanti, Desa Jatibanjar, Kecamatan Ploso. Ia mengaku sudah empat kali menanam ulang karena tanamannya terus gagal akibat hujan dan banjir.

“Terakhir banjir lagi minggu lalu. Padahal kalau musim normal, bulan Juni ini sudah siap panen, ini malah baru tanam lagi,” kata Laminah, saat ditemui di sawah, Sabtu (21/6/2025) siang.

Dia menambahkan, biaya tanam tembakau tahun ini makin mahal. Untuk bibit saja, dia baru saja membeli 6.000 batang dengan harga Rp 50 ribu per 1.000 bibit. Itu belum termasuk ongkos buruh tanam. “Sudah nggak kehitung berapa habisnya,” keluhnya.

Hal serupa juga dialami M. Hadi, petani lain di kawasan yang sama. Meski baru mulai tanam, ia mengaku tetap memilih tembakau meskipun risiko banjir masih mengintai.

“Tanam tembakau itu sudah jadi budaya di sini. Walau tahu bisa banjir, tetap tanam lagi. Kalau ganti tanaman rasanya susah,” jelasnya.

Ribuan Hektare Tembakau Terendam, Petani Rugi Puluhan Juta

Petani tembakau di Desa Jatibanjar Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang saat menunjukan hasil tanamnya. (Foto : Dandy Angga / SeputarJombang.com)

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang, M. Rony melalui Kabid Perlindungan Pasca Panen dan Pemasaran, Akhmad Jani Masyhudi, membenarkan bahwa banjir besar yang terjadi pada Senin (9/6/2025) lalu membuat ribuan hektare tanaman tembakau terendam.

“Data sementara yang kami terima, ada 1.145 hektare lahan tembakau yang terdampak banjir,” ungkap Jani saat dikonfirmasi Sabtu (21/6/2025) siang.

Wilayah terdampak tersebar di hampir semua kecamatan utara Brantas, seperti Plandaan, Ngusikan, Kabuh, Ploso, hingga Kudu. Namun, pihaknya belum bisa memastikan berapa yang benar-benar rusak total.

Menurut Jani, pihaknya sejak awal sudah menggandeng BMKG untuk memberi peringatan soal potensi musim kemarau basah. “Tapi ya tetap kembali ke petani. Budaya tanam tembakau ini sudah melekat. Kami hanya menyarankan dan mengedukasi,” terangnya.

Ia juga menyinggung militansi petani tembakau utara Brantas yang tak goyah meski diterjang banjir berkali-kali. “Kasarannya, mati urip yo tetap tandur mbako (hidup mati tetap tanam tembakau),” ujar Jani.

Salah satu petani yang terdampak cukup parah adalah Budanto Setiawan (42), warga Dusun Mabul, Desa Sidokaton, Kecamatan Kudu. Ia menyebut kerugiannya sudah mencapai puluhan juta karena empat kali tanamnya gagal total.

“Lahan saya 1,5 hektare. Semua rusak tergenang. Terakhir, tembakau umur 1,5 bulan terpaksa dicabut, karena sudah membusuk,” jelasnya.

Ia mengaku pasrah, tapi tetap bersiap untuk tanam lagi jika cuaca memungkinkan. “Panen dini saja sudah nggak nutup biaya. Tapi mau bagaimana lagi, ini sudah jadi pekerjaan kami dari dulu,” pungkasnya.(*)

Penulis : Dandy Angga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *